PLTA: Solusi Hijau atau Ancaman Ekologi Tersembunyi?

PLTA: Solusi Hijau atau Ancaman Ekologi Tersembunyi?

PLTA: Solusi Hijau atau Ancaman Ekologi Tersembunyi?

Pertamina, perusahaan negara yang memiliki beberapa anak perusahaan, salah satunya adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN). Salah satu cara PLN untuk menghemat biaya listrik adalah dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara (PLTB) atau Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Namun, apakah PLTA benar-benar solusi hijau yang diinginkan atau hanya menjadi ancaman ekologi tersembunyi?

Bayangkan kamu sedang merencanakan liburan ke pantai. Kamu ingin menikmati suasana laut yang tenang dan bebas dari polusi. Namun, saat kamu tiba di pantai, kamu melihat limbah plastik yang tersebar di seluruh pantai. Limbah plastik itu sebenarnya berasal dari PLTA yang ada di dekat pantai tersebut.

PLTA memang dapat menghemat biaya listrik dengan menggunakan sumber energi alam seperti air atau batu bara. Namun, proses pembangunan dan operasionalnya juga memiliki dampak lingkungan yang tidak sedikit. Contohnya adalah pemborosan air, polusi udara, dan kerusakan habitat hidup ikan.

Polusi Udara dan Kerusakan Habitat Hidup Ikan

PLTA yang menggunakan batu bara sebagai sumber energi dapat menghasilkan banyak polusi udara. Polusi udara ini dapat menyebabkan kematian pada spesies ikan dan hewan laut lainnya.

  • Batuan karbon yang digunakan sebagai bahan bakar batu bara dapat memisahkan di permukaan air, sehingga mengganggu habitat hidup ikan.
  • PLTA juga dapat membuang banyak limbah cair yang berisi logam berat dan zat kimia lainnya.

Pemborosan Air dan Kebutuhan Pasokan Air

PLTA yang menggunakan air sebagai sumber energi juga dapat menghasilkan banyak pemborosan air. Pemborosan air ini dapat menyebabkan perubahan sifat kimia air, sehingga tidak cocok untuk dikonsumsi oleh manusia.

  • PLTA memerlukan banyak air untuk menjalankan proses pembangkit listrik.
  • Jika PLTA terus menghasilkan limbah cair yang berisiko logam berat, maka sifat kimia air juga akan berubah dan tidak dapat dikonsumsi oleh manusia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *