Di Indonesia, pembangunan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) telah menjadi salah satu prioritas dalam pemerintahan. Namun, perlu diingat bahwa setiap proyek besar memiliki tantangan dan dampak negatif yang harus dihadapi.
Tantangan Mendasar: Lingkungan Hidup
Salah satu tantangan utama PLTA adalah dampaknya terhadap lingkungan hidup. Pembangunan pembangkit listrik air sering kali melibatkan penggunaan lahan yang luas, konstruksi jalan, dan pembuatan sumber daya tambang. Hal ini dapat mengganggu habitat binatang liar dan mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
- Penggundulan hutan: Pembangunan PLTA seringkali melibatkan penggundulan hutan untuk membuat jalan dan lahan konstruksi. Hal ini dapat menyebabkan hilangnya biodiversitas dan meningkatnya emisi gas rumah kaca.
- Penggunaan sumber daya alam: Pembangkit listrik air seringkali memerlukan penggunaan sumber daya alam seperti batu kapur, pasir, dan besi. Penggunaan sumber daya alam ini dapat menyebabkan degradasi lingkungan hidup.
Dampak Negatif: Keseimbangan Energi
Selain dampak negatif terhadap lingkungan hidup, pembangunan PLTA juga dapat mempengaruhi keseimbangan energi nasional. Pembangkit listrik air seringkali menjadi sumber energi yang stabil dan terjangkau, namun tidak selalu efisien dalam menghasilkan energi.
- Overcapacity: Jika pembangkit listrik air terbangun dengan kapasitas yang lebih besar dari kebutuhan energi, maka dapat menyebabkan overcapacity. Hal ini dapat meningkatkan biaya operasional dan mempengaruhi keseimbangan energi nasional.
- Penggunaan bahan bakar fosil: Pembangkit listrik air seringkali menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak atau gas alam untuk menghasilkan energi. Penggunaan bahan bakar fosil dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan mempengaruhi keseimbangan energi nasional.